JAKARTA (IndoTelko) - PT Indosat Tbk (ISAT) atau Indosat Ooredoo mengaku masih mencari akal untuk memenuhi aturan Bank Indonesia (BI) sebagai lembaga switching bagi PT Artajasa Pembayaran Elektronis (Artajasa).
Artajasa adalah cucu usaha dari Indosat melalui anak usahanya PT Aplikasinusa Lintasarta. Perusahaan tersebut yang memegang sekitar 55% saham Artajasa. Sementara Indosat memegang 72,36% saham Aplikasinusa Lintasarta.
Dalam aturan BI soal Lembaga Switching dinyatakan kepemilikan sahamnya paling sedikit 80% dimiliki WNI atau Badan Hukum Indonesia. Dalam hal terdapat kepemilikan asing pada lembaga switching, maka perhitungan kepemilikan asing meliputi kepemilikan secara langsung maupun secara tidak langsung sesuai dengan penilaian BI.
Lembaga switching yang telah memperoleh persetujuan BI wajib tetap memenuhi persentase kepemilikan saham dimaksud. Lembaga switching juga harus meminta persetujuan BI dalam hal melakukan perubahan modal dan/atau susunan pemegang saham.
“Kemarin kan mau Initial Public Offering (IPO), tapi di-cancel ama BI. Sekarang kita diberi waktu untuk memenuhi soal 20% kepemilikan asing itu," ungkap Presiden Direktur/CEO Indosat Joy Wahjudi dalam Paparan Publik, kemarin.
Menurut Joy, pilihan paling rasional sekarang adalah Private Placement, namun masih dicari mitra yang ideal."Kita sedang cari mitranya. Waktu yang diberikan BI panjang kok, jadi masih aman bagi Artajasa operasionalnya," tukasnya.
Sebelumnya, manajemen Artajasa memutuskan menghentikan proses IPO walau terjadi kelebihan permintaan hingga tiga kali.
Dalam rencana IPO itu perusahaan penyedia layanan transaksi elektronis itu telah menawarkan harga di kisaran Rp850-Rp1.250. Rencananya, Artajasa akan melepas sebanyak-banyaknya 437,50 juta lembar saham atau setara 20% dari jumlah modal yang disetor penuh perseroan.
Jika dihitung dari jumlah saham yang dilepas maka perseroan akan mengantongi dana segar hasil IPO sekitar Rp371,8 miliar–Rp546,8 miliar. Rencananya, 60% dari dana tersebut akan digunakan perseroan untuk pembelian peralatan dan perlengkapan teknologi informasi. (Baca: Bisnis Artajasa)
Sisanya sekitar 40% akan digunakan untuk memperkuat modal kerja. (Baca: IPO Artajasa)
Asal tahu saja, saat ini baru ada empat pemain lokal lembaga switching yakni PT ALTO Network (ALTO), PT Rintis Sejahtera (Prima), PT Jalin Pembayaran Nusantara (Link) serta PT Artajasa Pembayaran Elektronis (ATM Bersama).(id)